Netizen Geram saat Pria Ini Bikin Status FB 'Pengen Nasi Gudeg Yogya'



Seorang pengacara asal jawa Timur menjadi bulan-bulanan netizen terutama wargaYogyakarta, gara-garanya  ia dinilai mengusik ketentraman kota berjulukan Kota Pelajar ini, Kamis (2/6/2016).
Pengacara tersebut bernama Muhammad Sholeh.
Ia yang hanya mengeluarkan status,"Pengen nasi gudeg Yogya," saja langsung dihujat banyak orang.
Banyak komentar kasar bermunculan, ditengarai yang berkomentar merupakan warga Jogja.
Berikut beberapa komentar netizen.
Nurudin Tri Wibowo: Aku pengen nguncali linggis nggo koe (Saya ingin lempar linggis untuk kamu)
Rah Aditiyo Yopie Jati: njaluk dikirim sama abdi dalem atau sekalian sama pasukan lombok abang mas ? :-) (minta dikirim sama abdi dalem atau sekalian pasukan lombok abang mas?)

Hasby Imanez Kei: Monggo ke jogja.. Kita sambut dg hangat.tp mbuh mburi q..
.hahaha (Silakan ke Jogja, Kita sambut dengan hangat tapi gak tahu belakang saya).

Nova Riska: kok aneh yaa. bukan orang jogja kok ngurusin jogja. ya wajarlah d kasarin :)

Arif Hidayat: Monggo mas sholeh datang dan nikmati gudeg jogja,,dan tolong jangan cm ngomong di dumay saja,,saya yakin anda kan pengacara jadi pandai ngomong,,tp tlong dibuktikan omongan anda,,,,Anda orang pemberani kan,,marii datang ke jogja,,

Reino Jogut: straegimu gak ngaruh bos,, buat kita warga jogja

Koerniawan Devi : wong sidoarjo kok polah e koyok ngono. ngisin isinke sidoarjo wae koe cak. jia******** (Orang Sidoarjokok ulahnya seperti itu, malu-maluin Sidoarjo saja)

Jun: Haa...Bagus Mas...Mbok Mriki Dahar Dahar Rumiyin...Njenengan Niku Sajak'e Namong Kurang "Madhang"...(NB: menggunakan bahasa Jawa halus- Bagsu mas, silakan datang makan dulu, Anda tampaknya cuma kurang makan).

Alasan warga Jogja marah
Kenapa netizen terutama warga Jogja marah? Alasannya pria ini menggugat Undang-Undang Keistimewaan (UUK) DIY.
Seperti dikutip dari Tribun Jogja Selasa lalu (31/5/2016),  Muhammad Sholeh menjalani sidang lanjutan di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan agenda pemeriksaan perbaikan permohonan.
Sebagaimana dijelaskan laman resmi MK, Muhammad Sholeh selaku pemohon menambahkan satu pasal tambahan pada perbaikan itu, yakni Pasal 18 ayat (1) huruf C UUK DIY.
Pasal ini mengatur bahwa calon gubernur dan wakil gubernur DIY tidak boleh menjadi anggota partai. Menurut Sholeh, ini melanggar konstitusi Pasal 28 ayat (3) yang mengatur kebebasan warga negara untuk berpolitik
Selanjutnya terkait kedudukan hukum, Sholeh juga berpendapat bila dirinya memiliki hak konstitusional untuk dipilih.
Ia mengatakan, tidak ada aturan yang melarang seorang warga negara mencalonkan diri di daerah lain.
"Ketika ada aturan yang melarang, menurut kami itu tentu melanggar hak konstitusional pemohon," kata Sholeh dalam sidang.