Direktur Eksekutif Institute of Defense and
Security Studies Connie R Bakrie mengatakan, persoalan Blok Masela, Maluku Utara bukan hanya terkait skema
pengembangan kilang, baik skema pipanisasi di darat (onshore) maupun LNG
terapung (floating LNG/offshore). Namun, juga menyangkut pertahanan di wilayah
perbatasan Indonesia.
Menurutnya, Blok Masela ataupun Kepulauan Tanimbar merupakan bagian dari objek vital nasional yang ada di Maluku. Australia sudah mengintai dari berbagai potensi yang ada di kepulauan tersebut. Sayangnya, hingga saat ini masih minim angkatan pertahanan yang ditempatkan di wilayah tersebut.
"Masela itu berhadapan langsung Australia. Kenapa bicara Masela itu bicara FLNF atau OLNG? Lupa bahwa ini bagian dari objek vital nasional. Harusnya ada angkatan laut, angkatan udara di sana. Ada alasannya, karena Australia pengintainya," katanya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Bahkan, Negeri Kanguru tersebut telah menyetel sistem yang dapat memantau pergerakan kapal pada jarak 1.000 mil dari wilayah laut terluar Australia. Sementara, Masela dan Kepulauan Tanimbar jaraknya hanya sekitar 350 kilometer (km) hingga 500 km dari wilayah laut terluar Australia.
"Masela dan Tanimbar itu cuma 350-500 km, artinya musuh sudah di depan mata kita. Kalau nanti proyek di laut itu, saya akan mendorong TNI Angkatan Laut (AL) kita," imbuh dia.
Connie menambahkan, keberadaan Blok Masela dan Kepulauan Tanimbar di Maluku harus dijaga dengan baik. Jika tidak, negara tetangga bisa saja mencaplok pulau di daerah terluar Indonesia dan membuat batas wilayah Tanah Air semakin mengecil.
Apalagi, jumlah angkatan laut dan persenjataan yang dimiliki pun tidak secanggih milik tetangga. "Kekuatan (TNI AL) kita 73.000 personil laut, 2 orang per km untuk wilayah Indonesia. Kita punya radar enggak punya pesawat tempur, pesawat tempur terdekat di Ujung Pandang, 78 menit," tandasnya.
Menurutnya, Blok Masela ataupun Kepulauan Tanimbar merupakan bagian dari objek vital nasional yang ada di Maluku. Australia sudah mengintai dari berbagai potensi yang ada di kepulauan tersebut. Sayangnya, hingga saat ini masih minim angkatan pertahanan yang ditempatkan di wilayah tersebut.
"Masela itu berhadapan langsung Australia. Kenapa bicara Masela itu bicara FLNF atau OLNG? Lupa bahwa ini bagian dari objek vital nasional. Harusnya ada angkatan laut, angkatan udara di sana. Ada alasannya, karena Australia pengintainya," katanya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Bahkan, Negeri Kanguru tersebut telah menyetel sistem yang dapat memantau pergerakan kapal pada jarak 1.000 mil dari wilayah laut terluar Australia. Sementara, Masela dan Kepulauan Tanimbar jaraknya hanya sekitar 350 kilometer (km) hingga 500 km dari wilayah laut terluar Australia.
"Masela dan Tanimbar itu cuma 350-500 km, artinya musuh sudah di depan mata kita. Kalau nanti proyek di laut itu, saya akan mendorong TNI Angkatan Laut (AL) kita," imbuh dia.
Connie menambahkan, keberadaan Blok Masela dan Kepulauan Tanimbar di Maluku harus dijaga dengan baik. Jika tidak, negara tetangga bisa saja mencaplok pulau di daerah terluar Indonesia dan membuat batas wilayah Tanah Air semakin mengecil.
Apalagi, jumlah angkatan laut dan persenjataan yang dimiliki pun tidak secanggih milik tetangga. "Kekuatan (TNI AL) kita 73.000 personil laut, 2 orang per km untuk wilayah Indonesia. Kita punya radar enggak punya pesawat tempur, pesawat tempur terdekat di Ujung Pandang, 78 menit," tandasnya.